Thursday, January 5, 2017

Budaya Bugis-Makassar Siri'na Pacce ini Perlu Ditiru Karena Mengandung Nilai Positif

Siri'na Pacce merupakan salah satu bentuk budaya Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Tanah Toraja) yang sampai saat ini masih terpelihara dan terjaga di masyarakat Bugis-Makassar. Siri'na Pacce merupakan sebuah istilah atau semacam jargon yang mencerminkan identitas atau watak orang Sulawesi Selatan dalam melihat kondisi masyarakat disekelilingnya. Secara harfiah Siri' berarti rasa malu (harga diri) serta Pacce atau dalam bahasa Bugis berarti Pesse yang berarti : Pedih, keras atau kokoh pendirian, dapat juga berarti tidak tega atau kasihan (iba). Jadi arti secara luas dari siri'na pacce ini adalah sebuah harkat, martabat dan harga diri serta rasa kasihan yang timbul dari dalam hati masyarakat ketika melihat penderitaan, penindasan serta kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).
 
 
 
Budaya Siri'na Pacce merupakan budaya orang Sulawesi Selatan yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila prinsip Siri'na Pacce ini tidak dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut memiliki tingkah laku yang melebihi daripada binatang sebab orang tersebut tidak memiliki rasa malu, harga diri dan kepedulian sosial, yang menyebabkan orang tersebut hanya ingin menang sendiri dan memperturutkan hawa nafsunya. 
 
Melalui latar belakang budaya siri'na pacce inilah sehingga masyarakat suku Bugis-Makassar memiliki pola-pola tingkah laku dalam berpikir, merasa dan bertindak serta melaksanakan aktifitas dalam membangun dirinya menjadi seorang manusia. Juga dalam hubungan sesama manusia dalam masyarakat, antara 'siri' dan 'pacce' saling terjalin dalam hubungan kehidupannya, saling mengisi dan tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. 
 
Dengan memahami makna dari siri’ dan pacce’, ada hal positif yang dapat diambil sebagai konsep pembentukan hukum nasional, di mana dalam falsafah ini betapa dijunjungnya nilai-nilai kemanusiaan – berlaku adil pada diri sendiri dan terhadap sesama – bagaimana hidup dengan tetap memperhatikan kepentingan orang lain. Membandingkan konsep siri’ dan pacce’ini dengan pandangan keadilan Plato (428-348 SM) yang mengamati bahwa justice is but the interest of the stronger (keadilan hanya merupakan kepentingan yang lebih kuat)

Nilai adalah hal yang yang sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan dan dalam konteks hukum, nilai ini merupakan sesuatu yang menjadi landasan atau acuan dalam penegakan hukum, nilai ini hidup dalam suatu masyarakat dan menjadi falsafah hidup dalam masyarakat tertentu. Masyarkat Bugis mempunyai falsafah hidup yang sangat dijunjungnya yaitu siri’ na pacce’. 
  Siri’ na pacce’ dalam masyarakat Bugis sangat dijunjung tinggi sebagai falsafah dalam segala aspek kehidupan, dan hal ini juga berlaku dalam aspek ketaatan masyakarat terhadap aturan tertentu (hukum), dengan pemahaman terhadap nilai (siri’ na pacce’) ini sangat mempengaruhi masyakarat dalam kehidupan hukumnya.

Siri’ yang merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis-Makassar adalah sesuatu yang dianggap sakral . Siri’ na Pacce ( Bahasa Makassar ) atau Siri’ na Pesse’ ( Bahasa Bugis ) adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan dari karakter orang Bugis-Makassar dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau De’ni gaga Siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e ( seperti binatang ). Petuah Bugis berkata : Siri’mi Narituo ( karena malu kita hidup ).

Dengan adanya falsafah dan ideologi Siri’ na pacce/pesse, maka keterikatan dan kesetiakawanan di antara mereka mejadi kuat, baik sesama suku maupun dengan suku yang lain.

Konsep Siri’ na Pacce/pesse bukan hanya di kenal oleh kedua suku ini, tetapi juga suku-suku lain yang menghuni daratan Sulawesi, seperti Mandar dan Tator. Hanya saja kosa katanya yang berbeda, tapi ideologi dan falsafahnya memiliki kesamaan dalam berinteraksi.
 
 

 

0 comments:

Post a Comment